BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran bahasa Arab, penggunaan media sangat dibutuhkan
agar pembelajaran tersebut tidak membosankan dan menjadi aktivitas yang
menyenangkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa aktifitas pembelajaran
bahasa arab kurang bervariasi dari pada pembelajaran bahasa asing lainnya. Hal
ini tidak hanya disebabkan adanya asumsi bahwa belajar bahasa arab sebagai
bahasa asing untuk bisa mempergunakannya secara aktif hanya bisa dilakukan di
negara Arab, tetapi juga penggunaan metode pembelajaran yang sudah ketinggalan
dari metode pembelajaran bahasa asing lainnya.
Praktek pengajaran bahasa arab di pesantren atau tsanawiyah,
aliyah, dan lain-lain pada umumnya masih menitik beratkan pada metode gramatika
terjemah. Hal ini terbukti dengan pembelajaran yang menekankan pada keterangan
kaidah-kaidah tata bahasa, menterjemah bahasa Arab ke dalam bahasa pelajar tapi
tidak sebaliknya, latihan secara lisan tidak diberikan dan belum menggunakan
alat - alat peraga audio visual. Dalam pembelajaran bahasa, salah satu media
yang bisa digunakan adalah media audio visual.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
mengatakan bahwa pemanfaatan media audio dalam pengajaran terutama digunakan
dalam: pertama, pengajaran music literary (pembacaan sajak) dan kegiatan
dokumentasi. Kedua, pengajaran bahasa asing, baik secara audio ataupun secara
audiovisual. Ketiga, pengajaran melalui radio atau radio pendidikan. Keempat,
paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi, yang memungkinkan siswa dapat
melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi dengan menggunakan media
Gambar (visual) pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin bertambah.
Siswa tidak hanya mendapat keterangan berupa kata-kata tapi mendapat pengalaman
nyata dari visual yang di tampilkan. Amir Hamzah Sulaeman menyebutkan
bahwa alat-alat visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam
waktu singkat, tetapi apa yang diterima melalui alat-alat visual lebih lama
tertinggal dalam ingatan. Dengan ini media sangat dibutuhkan untuk diterapkan
di madrasah ibtidaiyah,tsanawiyah, maupun aliyah dalam suasana pembelajaran
dengan tujuan agar tidak membosankan dan menjadi lebih menarik sehingga bisa
menumbuhkan minat siswa untuk belajar pelajaran tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Media
Pengertian
media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara
sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan
saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task
Force,1977:162) ( dalam Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6)
mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara
sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari
sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran
media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer)
yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima
pesan atau informasi (receiver). Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi
(2004:1.4) mengemukakan beberapa factor yang merupakan karakteristik dari
media, antara lain[1] :
a. Kemampuan dalam
menyajikan gambar (presentation)
b.
faktor ukuran (size); besar atau keci
c.
faktor warna (color): hitam putih atau berwarna
d.
faktor gerak: diam atau bergerak
e.
faktor bahasa: tertulis atau lisan
f.
faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja,
atau gabungan antara gambar dan suara.
Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton
(dalam Pribadi,2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut :
a. media
cetak
b.
media yang dipamerkan (displayed media)
c.
overhead transparancy
d.
rekaman suara
e.
slide suara dan film strip
f.
presentasi multi gambar
g.
video dan film
h.
pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)
Istilah media
disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam
kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media
pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan
pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada
penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi)
yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu
harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah
satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila
seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang
disampaikan (Latuheru,1988:13).[2]
Pada umumnya
keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan
ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang
mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami
isi pesan.
Dari beberapa penjelasan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari
pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan
menerima suatu konsep.
B. Fungsi dan Peranan
Media Pembelajaran
Kehadiran media
pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima
informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam
semesta lebih banyak menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya
mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya
disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut
karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa
akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci
fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk
dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide,
dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata
(Degeng,1999:19).
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan yang layak
digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut[3]
:
1. Fiksatif
(fixative property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
2. Manipulatif
(manipulatif property)
Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit
dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Distributif
(distributive property)
Memungkinkan
berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan
secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Dari penjelasan
diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu media yang
mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama
dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan
harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya
verbalisme.
Proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat
inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses
dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi
tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa
diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan
dalam materi yang disajikan.
Keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena seperti yang
dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak,
dimana partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu
konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut
mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep
yang hanya melibatkan siswa untuk mengamati saja.
C. Materi Pembelajaran Bahasa
Arab
Secara implisit disebutkan bahwa
tujuan pengajaran bahasa arab di SD/MI adalah agar murid dapat menguasai secara
aktif perbendaharaan kata Aarab fusha sebanyak 300 kata dan
ungkapan dalam bentuk dan pola kalimat dasar dengan demikian murid diharapkan
dapat mengadakan komunikasi sederhana dalam bahasa Arab dan dapat memahami
bacaan-bacaan sederhana dalam teks itu (Depag RI, 1994).[4]
Dalam pengajaran bahasa dikenal ada
empat keterampilan/kemahiran berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat ketrampilan berbahasa ini hendaknya diajarkan
kepada siswa dengan cara yang bermacam-macam, bervariasi agar siswa tidak jenuh
dan monoton terhadap apa yang mereka terima dari guru. Menurut Tarigan (1986 :
39) syarat minimal yang harus dipenuhi oleh guru dalam ketrampilan ialah
penguasaan materi dan dapat menyampaikannya kepada siswa.
Dalam mempelajari bahasa arab ada
tingkatan yang digunakan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan baik. Dibawah ini tingkatan-tingkatan dalam pembelajaran bahasa arab
yaitu :
1. Tingkatan
MI
Pada masa ini siswa masih mudah
untuk menerima hal yang baru baik yang didengar maupun dilihat, sehingga mudah
juga bagi pengajar untuk mengarahkan dengan baik. Adapun ruang lingkup yang ada
di MI ini meliputi[5]
:
a) Percakapan
sederhana tentang nama orang, profesi, benda, dan tempat
b) Menjelaskan
sifat keadaan orang atau benda
c) Memberikan
dan memahami perintah sederhana
d) Memberikan
informasi tentang waktu. Tempat dan kepemilikan
e) Menulis
makna kata
f) Menulis
makna kalimat sederhana
g) Menerjemahkan
kata dan kalimat ke dalam bahasa Indonesia dan juga sebaliknya
h) Membaca
dengan lafal dan intonasi yang benar
i) Menjawab
dan membuat pertanyaan tentang isi bacaan
j) Memahami
isi bacaan
k) Menulis
kalimat sederhana
l) Menyusun
kata-kata menjadi kalimat sederhana
m) Menyusun
kalimat menjadi paragraf sederhana
2. Tingkatan
MTs
Pada tingkatan ini siswa ada yang
sudah mahir dalam menghafal kosakata dan membuat sebuah akalimat bahkan
paragraf, tetapi banyak juga yang masih awam, karena mereka lulusan dari SD.
Adapun ruang lingkup materi yang ada di MTs yaitu :
a) Istima’ tentang ta’aruf dan
menggunakan mufrodhat
b) Membaca
sebuah paragraf dan menerjemahkannya
c) Menulis mufrodhat paragraf
dengan benar
d) Tanya
jawab menggunakan kosakata yang telah ada
3. Tingkatan
MA
Pada tingkatan ini siswa sudah
mempunyai banyak kosakata, sudah dapat membaca dan menerjemahkan sebuah
kalimat, jadi metode yang dapat diterapkan adalah metode Qowaid dan tarjamah.
Materi yang diajarkan meliputi[6] :
a) Percakapan
menggunakan bahasa yang lebih fasih
b) Menuliskan
paragraf secara benar dan menerjemahkannya
c) Membaca
dan memahami teks/naskah
d) Mendengarkan
bacaan yang dibaca oleh guru kemudian ditulis kembali (ุงู
ูุงุก)
e) Mendalami
qowaid shorof dan nahwu.
D. Metode/
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Metode yang digunakan dalam
pembelajar bahasa arab pada tingkatannya berbeda-beda, karena kemampuan peserta
didik bermacam-macam. Adapun metode yang digunakan dalam tingkatan pembelajaran
yaitu :
1. Tingkatan
MI
Metode yang dapat digunakan pada
tingkatan ini adalah :
a) Guru
memberikan kosakata baru dan menjelaskan maknanya ke dalam bahasa ibu/lokal.
b) Guru
membacakan kosakata kemudian siswa menirukan
c) Salah
satu murid membaca dan yang lain menirukan
d) Kegiatan
tersebut dilanjutkan hingga seluruh siswa/sebagian siswa dapat gilirannya
e) setelah
siswa dianggap bisa, kemudian diarahkan untuk membuat kalimat sesuai dengan
kosakata yang sudah ada.
2. Tingkatan
MTs
Metode yang dapat digunakan di MTs
tidak jauh beda dengan di MI, yaitu terjemah hanya saja ditambah dengan
pengenalan qowaid, dan menulis. Metode ini dilakukan dengan cara :
a) Menulis
kosakata dan berlatih mengucapkan
b) Menulis
kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta
didik sehari-hari
c) Membaca
paragraf sederhana dan menerjemahkannya
d) Seluruh
proses pembelajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang sesuai
e) Materi
qowaid diberikan disela-sela pengajaran berlangsung, namun tidak secara detail.
3. Tingkatan
MA
Metode yang dapat ditetapkan di
tingkatan MA ini adalah metode qowaid dan tarjamah[7].
Tujuannya untuk mengetahui sastra yang tinggi dan memiliki kemampuan yang
terlatih dalam menghafal dan memahami apa yang terkandung di dalam
tulisan/teks, dengan cara sebagai berikut :
a) Peserta
didik diajarkan membaca detail dan mendalam tentang teks atau naskah yang
sederhana
b) Penghayatan
dengan cara mencari terjemahannya, sehingga trkait dengan isi bacaan
c) Menitikberatkan
pada kaidah shofor dan nahwu
d) Mencari
kosakata yang sulit.
E.
Perkembangan Pemanfaatan Media Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Arab
Media pembelajaran
sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar bahkan sangat
dianjurkan,
tetapi kenyataan dalam proses pembelajaran -khususnya
pembelajaran bahasa arab, media pembelajaran kurang mendapat perhatian dari para
guru bahasa arab,
sebagian besar dari mereka enggan menggunakan media
pembelajaran sebagai salah satu alat bantu mengajar. Khusus untuk
kasus pengajaran bahasa arab,
hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengadaan media
pembelajaran bahasa arab yang
ada. Kadang media telah tersedia di sekolah-sekolah,
seperti laboratorium bahasa, tetapi kenyataannya media ini jarang sekali digunakan dalam
pembelajaran bahasa arab. Hal
ini disebabakan oleh sangat terbatasnya keterampilan guru dalam
mengoperasionalkan atau keinginan mendayagunakannya yang relatif rendah.
Masalah ini bukan hanya terjadi pada salah satu lembaga pendidikan , tetapi
hampir terjadi di semua lembaga pendidikan
khususnya lembaga-lembaga di bawah naungan DEPAG, mulai dari MI sampai
Perguruan Tinggi, termasuk di Madrasah Aliyah .
Melihat fenomena tersebut, nampak bahwa ada problem dalam penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran bahasa arab. Secara fungsional, pembelajaran bahasa Arab akan lebih efektif manakala media dimanfaatkan, namun kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik, sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal. Dalam mengembangkan keterampilan pembuatan media pembelajaran bahasa arab media visual yang efektif dan efisien lebih tepat, serta sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa sehingga para guru bahasa arab di sekolah bisa memanfatkannya secara optimal.
Melihat fenomena tersebut, nampak bahwa ada problem dalam penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran bahasa arab. Secara fungsional, pembelajaran bahasa Arab akan lebih efektif manakala media dimanfaatkan, namun kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik, sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal. Dalam mengembangkan keterampilan pembuatan media pembelajaran bahasa arab media visual yang efektif dan efisien lebih tepat, serta sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa sehingga para guru bahasa arab di sekolah bisa memanfatkannya secara optimal.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran
komputer interaktif. Dimana suatu penggunaan media gambar pada pembelajaran
Bahasa Arab siswa dituntut untuk aktif berbicara dalam bentuk kata-kata, hal
ini menjadi bahan pelajaran media untuk menghidupkan suasana pembelajaran
Bahasa Arab. Hal ini memepunyai peranan positif bagi guru maupun murid
dalam ruang pembelajaran interaksi timbal balik, murid pun menjadi lebih
semangat dengan adanya media gambar sebagai pembelajran Bahasa Arab menjadikan
siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dengan adanya media gambar sebagai
alat bantu pembelajaran. Dengan media gambar itulah siswa dapat ditumbuhkan kreativitas
dan imajinasi berpikirnya dengan cara mendeskripsikan sesuatu melalui gambar
tersebut menurut cara pandang sendiri.
Tingkatan dasar di MI, MTs, dan MA,
memiliki materi Standar Kelulusan masing-masing, karena itu pengajar harus
mampu menyampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang sudah
tercantum dalam permenag mengenai standar kompetensi kelulusan bahasa arab di
Marasah adalah menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Ini berlaku baik itu
MI, MTs maupun di MA. Hanya saja materi yang diberikan berbeda.
Materi yang disugukan untuk peserta
didik di MI masih mencangkup pengenalan terhadap kosakata, kalimat, dan
percakapan yang sederhana, dari segi teks juga masih mengenal teks yang
sederhana tingkat kesulitannya. Berbeda ketika pengajar di MTs, peserta didik
sudah mulai dikenalkan dengan istima’, tarjamah dan Tanya
jawab yang ada di teks. Di tingkatan MA peserta didik mulai dikenalkan dengan
qowaid nahwu dan shorof, mulai berlatih menulis kembali (ุงู
ูุงุก) setelah
mendengarkan teks bacaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar