BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang
berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupannya Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi
yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Ada beberapa karakteristik anak di
usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui
keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Pada makalah ini juga akan di
paparkan mengenai beberapa pengajaran pada tingkat pendidikan dasar yang
mampu di terapkan di sekolah dasar, dan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik usia sekolah dasar. Yang diantaranya adalah pembelajaran tematik
dan pembelajaran konseptual. Yang pasti sudah sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik pada usia sekolah dasar.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana karakteristik perkembangan
peserta didik pada usia pendidikan sekolah dasar?
2. Bagaimana cara mengimplementasikan
pengajaran pada pendidikan disekolah dasar?
C. Tujuan penulisan makalah
1. Mendeskripsikan karakteristik
perkembangan peserta didik pada usia pendidikan sekolah dasar
2. Mendeskripsikan cara
mengimplementasikan pengajaran pada pendidikan disekolah dasar
D. Manfaat penulisan makalah
Makalah ini
bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca, ,agar dapat mengetahui mengenai
tugas-tugas perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pada
perkembangannya, individu akan selalu dituntuk untuk terus belajar baik
pembelajaran yang didapatnya secara
formal di lembaga pendidikan maupun non formal pada masyarakat / lingkungan.
Pada usia
sekolah, individu akan mengalami perkembangan-perkembangan yang akan
mempengaruhi kehidupannya. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) yang disadur dari
buku Perkembangan Peserta Didik (Sitti Hartinah, 2008:201), masa
remaja meliputi (1) remaja awal : 12-15 tahun, (2) remaja madya: 15-18 tahun,
dan (3) remaja akhir: 19-22 tahun.[1]
Siswa
sekolah menengah menempati fase remaja awal dan remaja akhir. Penekanan pada
pembahasan karakteristik siswa usia sekolah pada tingkatan sekolah menengah ini
karena pada masa perkembangan remaja, seseorang akan menghadapi krisis
berkaitan dengan kesadaran akan jati diri dan terjadi peralihan kearah
kematangan pribadi sebagai seorang dewasa.
Karakteristik perkembangan
anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah
mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan
dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu,
perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada usia kelas
awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis
kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
telah mampu berbagi, dan mandiri.
B.
Perkembangan
Fisik-Motorik
Seiring
dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak
sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Dia menggerakkan anggota badannya dengan tujuan yang
jelas seperti :
·
Menggerakkan
tangan untuk menulis, menggambar, mengambil makanan,melempar bola dan
sebagainya.
·
Menggerakkan
kaki untuk menendang bola, lari mengejar lari mengejar teman pada saat main
kucing-kucingan dan sebagainya.
Fase
atau usia sekolah dasar (7-12) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar.
Perkembangan
fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses
belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk
menerima pelajaran keterampilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan
motorik anak itu secara fungsional. Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi
perkembangan motorik secara fungsional tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Sekolah merancang pelajaran keterampilan
yang bermanfaat bagi perkembangan atau kehidupan anak.seperti
mengetik,menjahit,merupa,atau kerajinan tangan lainnya.
2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau
olahraga kepada para siswa, yang sejenisnya disesuaikan dengan usia siswa
3. Sekolah perlu merekrut (mengangkat)
guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang tersebut diatas.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk
keberlangsungan penyelenggaraan pelajaran tersebut,
Menurut Hurlock (1978) pencapaian
kemampuan-kemampuan tersebut kemudian mengarah pada pembentukan keterampilan
(skill). Keterampilan yang dipelajari dengan baik akhirnya akan menimbulkan
kebiasaan.Perkembangan psikomotorik berhubungan erat
dengan perilaku individu. Pada aspek sosial, masa remaja adalah masa mencari
jati diri. Keterampilan sosial berkembang pada konteks remaja ketika ia
berinteraksi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya.[2]
Percakapan mengenai
topik-topik tertentu dalam pergaulan membantu siswa melihat berbagai hal dari
berbagai sudut pandang yang selanjutnya mengembangkan cara berpikirnya.
Sedangkan pada aspek moral dan emosi, masa remaja adalah masa-masa yang
sensitif dan reaktif bahkan ada yang cenderung temperamental. Kondisi ini
diakibatkan oleh lingkungan yang tidak yang tidak baik.
C. Perkembangan Intelektual
Pada
usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang intelektual menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif.
Dilihat
dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini berada pada tahap
operasi konkret yang ditandai dengan kemampuan:
·
Mengklasifikasikan benda-benda berdasarkan ciri yang sama.
·
Menyusun
atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan
·
Memecahkan
masalah (problem solving) yang sederhana
Kemampuan
intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak
sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca,menulis,dan
berhitung.
Untuk
mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka kepada
anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya,berpendapat,atau menilai
(memberi kritik) tentang berbagai hal yang terkait dengan pelajaran atau
peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Peserta
didik mulai berpikir secara hipotesis dalam menyelesaikan masalah yaitu mencari
sumber permasalahan, mengkaji dan mencari alternative pemecahannya.
Sistem persekolahan dan
keadaan social ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan kognitif
anak didik, demikian pula dengan budaya, sistem nilai, dan harapan dalam
masyarakat.
D. Perkembangan Bahasa
Bahasa
merupakan salah satu alat vital dalam perkembangan kognitif. Konsep-konsep
permasalahan yang dikaji akan lebih mudah dimengerti dengan bantuan
bahasa. Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa termasuk dapat berbentuk lisan atau tulisan dengan mempergunakan
tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau
digital), sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (word)
atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing,
picture), gerak-gerik (gestures) dan mimic serta bentuk-bentuk
simbol ekspresif lainnya
Bahasa adalah sarana berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan,
tulisan,isyarat, atau gerak dengan menggunakan
kata-kata,simbol,lambang,gambar,atau lukisan. Melalui bahasa setiap manusia
dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa
berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada
awal masa ini, anak sudah nmenguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir
anak telah dapat menguasai sekitar 5000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan
membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau
mendengar cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berfikir anak
sudah lebih maju,dia banyak menayakan waktu dan soal-akibat. [3]
Di sekolah,perkembangan bahasa anak
ini diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran bahasa indonesia (bahkan
disekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa inggris). Dengan diberikannya
pelajaran bahasa disekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan
menggunakannya sebagai alat untuk:
1.
Berkomunikasi
secara baik dengan orang lain
2.
Mengekspresikan
pikiran,perasaan,sikap atau pendapatnya
3.
Memahami isi
dari setiap bahan bacaaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa atau keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan, sebagai cara
untuk mengekspresikan perasaan,gagasan, atau pikirannya maka sebaiknya kepada
anak dilatihkan untuk membuat karangan atau tulisan tentang berbagai hal yang
terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan pada umumnya,
seperti menyusun autobiografi,kehidupan keluarga,cara-cara memelihara
lingkungan, cita-citaku, dan belajar untuk mencapai sukses.
E. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi,
kelas 4,5,6) anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima,atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia
mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan.
Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya
sangatlah berpengaruh. Apalagi anak dikembangkan dilingkungan keluarga yang
suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cendrung stabil atau
sehat. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya
kurang stanil atau kurang kontrol maka perkembangan emosi anak cendrung kurang
stabil atau tidak sehat [4]
Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu , dalam hal
ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti perasaan senang
bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memerhatikan
penjelasan guru, membaca buku,aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau
pekerjaan rumah,dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya,
apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak berbagairah, maka proses belajar tersebut akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam
belajarnya.
Mengingat
hal tersebut, maka guru seyogianya mempunyai kepedulian untuk menciptakan
suasana proses belajar-mengajar yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar siswa secara efektif. Upaya yang dapat ditempuh guru
dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif itu adalah sebagai
berikut:
- Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan ,seperti guru bersikap ramah,tidak judes atau galak.
- Memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri, seperti guru menghargai pribadi, pendapat,dan hasil karya siswa, dan tidak mencemoohkan atau melecehkan pribadi,pendapat, dan hasil karya siswa serta tidak menganakemaskan atau menganaktirikan siswa
- Memberikan nilai secara adil dan objektif
- Menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih,dan sehat
F. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini
adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok,tradisi,dan moral agama.
Perkembangan sosial pada anak usia
SD/MI ditandai denngan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota
keluarga, juga dengan teman sebaya,sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri
(egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau
memerhatikan kepentingan orang lain). Anak mulai berminat terhadap
kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginanya untuk diterima
menjadi anggota kelompok (gang) dan merasa tidak senang apabila tidak diterima
oleh kelompoknya.[5]
Berkat perkembangan sosial,anak
dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan
sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga (seperti membersihkan kelas dan halaman
sekolah),maupun tugas yang membutuhkan pikiran,seperti merencanakan kegiatan
camping, dan membuat laporan study tour.
G. Perkembangan Kesadaran Beragama
Pada masa
ini kesadaran beragama anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Sikap
keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai dengan pengertian.
2.
Pandangan
dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdesarkan kaidah-kaidah
logika yang berpedoman kepada indikator-indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari keagungan –Nya
3.
Penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya
sebagai keharusan moral.
Kepercayaan anak
kepada tuhan pada usia dini, bukanlah keyakinan hasil pemikiran, akan
tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan erat dengan kebutuhan jiwa akan
kasih ditonjolkan sifat-sifat pengasih dan penyayangnya, jangan menonjolkan
sifat-sifat tuhan yang menghukum,mengazab,atau memberikan siksaan dengan
neraka.
Periode
usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan perode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi
oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat
penting.
Oleh
karena itu, pendidikan agama di SD/MI harus menjadi perhatian semua pihak yang
terkait , bukan hanya guru agama tetapi juga kepala sekolah dan guru-guru
lainnya. Apabila mereka telah memberikannya suri teladan dalam mengamalkan
agama kepada anak, maka pada diri anak akan berkembang sikap positif terhadap
agama,dan pada gilirannya akan berkembang pula kesadaran beragamanya.
Senada
dengan paparan tersebut, zakiah Darajat (1986:58) mengemukakan bahwa pendidikan
agama disekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap
agama dan pembentukan kepribadiaan dan akhlak anak. Apabila berhasil, maka
pengembangan sikap keagamaan pada masa remaja akan mudah, karena anak telah
mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yg biasa
terjadi pada masa remaja.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Pada dasarnya, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik perkembangan peserta didik pada usia sekolah dasar adalah
sebagai berikut:Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Karakteristik yang kedua
adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD
dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Karakteristik yang
ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik yang
keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu
secara langsung.
Dan system pengajaran yang tepat di
terapkan di sekolah dasar diantaranya adalah pembelajaran tematik dan
pembelajaran konseptual.
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu
tema/topik pembahasan. Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran,
serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
- SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat,
dengan bekal pengetahuan dasar tentang hal-hal yang kami sampaikan, diharapkan
pembaca dapat mengerti pembahasan yang
dibicarakan. Namun kami sebagai penyusun makalah ini menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, maka kami harapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun dari pembaca guna untuk perbaikan makalah yang akan datang.
Kami juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
H.Sunarto.2006. perkembangan peserta
didik.( Jakarta: Rineka cipta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar