PENDAHULUAN
Sejarah telah membuktikan bahwa
kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta
sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan
proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa
‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment
(pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk
mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton,
ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan
yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada
sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.
PEMBAHASAN
Sebelum Islam datang, menurut
Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu
yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada
zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau
mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa.
Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib
disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan,
karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya,
baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih
mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu. Bagaimana kondisi kegelapan
Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana
cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material.
Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:
“Pada zaman itu Ibu Kota
pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000
buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid
dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan
yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu
dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu
(yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah
zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah
sampai mata kakinya ke dalam lumpur”. Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban
antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui
peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne. Pertengahan
abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke
Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun
pemerintahan yang berpusat di Andalusia.
Melalui Spanyol, Sicilia dan
Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban
Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan
berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova
di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang.
Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam
untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di
Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia.
Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum
intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka
terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus
Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo
mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para
sarjana Islam.
Tidaklah mengherankan, karena
pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat
pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya
Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari
negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi
pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat
berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa
al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama
dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk
melakukan hal yang sama.
Di Andalusia (Spanyol bagian
Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa
Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda
Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah
perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari
para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald
dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian
banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya
secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya.
Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan
menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang
sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil
melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang
kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya
berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Semaraknya pengembangan ilmu dan
pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar
di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah
mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid
buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku.
Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang
setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros
(Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun
sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan
Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat
jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.
Sejarah juga mencatat bahwa Uskup
Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan
guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu
pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang
dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad
(1135-1284 M). Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad,
Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar
gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla,
Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak
memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern
di dunia Barat.
KESIMPULAN
Kita
dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada
zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem
kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang
peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan
gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain
sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama
wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada
aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan
peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu
kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar